Minggu, 10 Agustus 2014

Saya Pengikut Yesus, Bukan Pengikut Agama

Dunia saat ini sedang berlomba-lomba antara agama yang satu dengan yang lain. Setiap penganut agama merasa agamanya paling benar. Kita lihat banyak sekali gerakan membela agama di mana-mana. Kelompok islam merasa agama mereka yang paling benar, kelompok kristen menganggap mereka yang paling diterima Tuhan. Kelompok Yahudi merasa diri umat pilihan Tuhan. Kelompok Hindu, Budha dll merasa diri agamanya milik Tuhan dan sebagainya. Gerakan ISIS (Irak Surya Islamic State) adalah salah satu contoh terbaru. ISIS saat ini sedang  melancarkan serangan terhadap kelompok agama Kristen di Irak dan Surya hanya dalam rangka mendirikan negara Islam. 
Di Indonesia kita masih ingat konflik bernuansa agama seperti konflik Poso, Ambon dan sejumlah gerakan membela agama seperti pemboman di gereja bahkan sampai membentuk kelompok Muslim seperti Front Pembela Islam. 
Dalam agama kristen juga terbentuk  gereja Katolik dan Kristen Protestan. Dalam Gereja protestan masih banyak lagi aliran atau denominasi yang biasanya dapat dibedakan dari tata cara ibadah. Ada yang mengaku gereja dokmatis, ada gereja reformis, ada gereja pertobatan dan sejumlah sebutan lainnya. 
Menurut penganut gereja-gereja ini juga saling klaim, ada gereja yang merasa diri paling suci, ada yang merasa diri paling  diterima Tuhan dan sebagainya. 

Ketika saya di atas pesawat seperti ini, hanya Tuhan Yesus yang saya harapkan. 
Pilotpun saya tidak pikirkan apalagi agama.

Memilih atau menganut agama adalah Hak Azasi Manusia. Memilih untuk tidak memiliki agama juga adalah HAM. Saya memilih untuk tidak menganut agama manapun dan saya sudah putuskan memilih mengikut Tuhan Yesus. 
Saya menyadari dan sangat percaya bahwa keselamatan tidak berada dalam agama manapun. Denominasi gereja juga tidak dapat menyelamatkan saya. Keselamatan hanya dapat saya beroleh di dalam Yesus.

___Haleluya Tuhan Yesus Ku Luar Biasa----



Sabtu, 09 Agustus 2014

Andaikan Saya Mati Hari Ini, Pasti Saya Masuk Neraka



Hari ini adalah hari minggu 10 Agustus 2014. Tepat pukul 10,00 waktu Papua. Sebagai orang Kristen saat ini harusnya saya berada di Gereja untuk mengikuti ibadah. Namun, saya sibuk mengurus blog saya di kamar. Tadi pagi seperti biasanya saja diajak pergi beribadah di gereja. "Sudah janji katanya setelah pemilu legislatif mau pergi ibadah to, jadi sekarang pergi sembayang sudah. Ayo!" Ajaknya. Tapi saya tidak   hiraukan ajakan keluarga untuk menghadiri ibadah. Saya seakan tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Saya pura-pura tidak mendengar. Saya mengalihkan pandangan dan pembicaraan ke topik lain. 
Bukan cuma hari ini saya tidak pergi ke gereja. Tapi dalam waktu yang lama saya tidak beribadah layaknya orang Kristen yang lain. Tepatnya saya sudah lupa tetapi saya mulai berhenti beribadah di gereja sejak tahun 2001. Waktu itu masih sebagai mahasiswa di Universitas Udayana Denpasar-Bali. Selama 13 tahun saya tidak beribadah di Gereja. Sejak itu saya bukan lagi sebagai anggota jemaat di Gereja manapun. Selama itu  saya hidup di luar perkumpulan orang Kristen. 
Beginilah salah satu aktivitas saya tiap hari mingggu. 

Sudah banyak kali ajakan Tuhan melalui orang-orang dekatku untuk perlunya pergi ke gereja. Sudah banyak kesempatan untuk bisa beribadah. Tapi semuanya saya biarkan berlalu. Sering saya sangat rindu untuk masuk gereja dan memuji Tuhan Yesus bersama-sama orang-orang yang percaya Yesus, tetapi begitu hari minggu tiba niat itu hilang.
Setiap hari minggu sudah pasti saya akan bangun jam 9 pagi. Itu adalah jam ibadah di mulai. Tentu saja saya tidak akan ke gereja karena terlambat. Walaupun saya bangun cepat jika saya hendak melakukan perjalanan jauh. Ata saya melakukan aktivitas rutin saya yaitu sibuk dengan komputer, bermain bilyar dan berjalan-jalan ke mana saja tanpa tujuan. 
Hari ini saya bersyukur. Tuhan Yesus sungguh baik. Ia amat baik. Saya masih diberikan kesempatan untuk beribadah lagi. Saya takut, sungguh takut. Andaikan hari ini atau di dalam 13 tahun itu saya mati, saya sangat yakin berada di neraka. 
Sampai kapan saya akan hidup seperti ini ? Jangan tanya saya karena saya juga tidak tahu.